Pernahkah Anda berjalan dengan kaki telanjang di atas hamparan batu kecil berbentuk bulat lonjong? Ingatkah bagaimana rasanya?
Jika melakukan itu, setiap orang mungkin akan merasakan hal yang sama,
yaitu rasa segar ketika bebatuan menekan-nekan telapak kaki. Perasaan
rileks dan segar pun langsung menyeruak ke sekujur tubuh. Bagaimana ini
bisa terjadi?
Seperti dikatakan pakar pengobatan tradisional Prof Hembing
Wijayakusuma, tekanan batu pada telapak kaki memberikan rangsangan
bioelektrik pada organ tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf
telapak kaki. ”Rangsangan bioelektrik memperlancar aliran darah sehingga
tubuh menjadi segar.”
Walau berkhasiat, namun bertelanjang kaki di atas hamparan bebatuan
berkarakter tumpul tak selalu mudah dilakukan. Ini karena hamparan
bebatuan seperti itu kadangkala sulit ditemui. Jika pun ada hamparan
bebatuan, seringkali terselip satu dua buah batu berbentuk runcing yang
dapat melukai kaki.
Tapi Anda tak perlu khawatir. Mendapatkan rangsangan bioelektrik yang
bermanfaat itu tak selalu harus dilakukan dengan bertelanjang kaki di
atas hamparan bebatuan. Anda bisa memperoleh manfaat itu melalui terapi
pijat refleksi kaki dengan menggunakan tangan. ”Terlebih, terapi
refleksi kaki ini bisa dilakukan sendiri,” kata Hembing.
Terapi pijat refleksi kaki dapat memberikan efek relaksasi yang serupa
dengan ketika berjalan di atas bebatuan. Pemijatan pada telapak kaki
akan memberikan rangsangan yang mampu memperlancar aliran darah dan
cairan tubuh. Hasilnya, sirkulasi penyaluran nutrisi dan oksigen ke
sel-sel tubuh menjadi lancar tanpa ada hambatan sedikit pun.
Lebih lanjut, sirkulasi aliran darah yang lancar itu akan memberikan
efek relaksasi dan kesegaran pada seluruh anggota tubuh. ”Tubuh
mengalami kondisi keseimbangan,” jelas guru besar yang telah menulis
sekitar 70 buku ini.
Inti terapi pijat refleksi kaki, menurut Hembing, terletak pada
pengaktifan refleks pada kaki yang berhubungan dengan bagian-bagian
tubuh lainnya. Untuk diketahui, telapak kaki manusia memiliki
titik-titik syaraf yang berhubungan dengan organ-organ tubuh lainnya.
”Nah, cara kerja terapi pijat refleksi kaki adalah memberikan rangsangan
relaksasi pada bagian tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf kaki
yang dipijat.”
Karena itu, pemahaman tentang simpul-simpul syaraf pada telapak kaki
sangatlah penting. Letak titik-titik syaraf pada kaki harus diketahui
dengan baik dan benar. Misalnya, posisi syaraf kaki yang menghubungkan
dahi kanan terletak pada ujung jari kaki kiri. Sementara titik syaraf
kaki yang menghubungkan organ kandung kemih berada pada kedua telapak
kaki bagian sisi dalam.
Masih menurut Hembing, setiap organ tubuh memiliki keterhubungan dengan
titik-titik syaraf yang terdapat pada telapak kaki. Organ jantung,
paru-paru, lambung, dan hati memiliki titik-titik syaraf tersendiri pada
telapak kaki. Begitu pula dengan bagian-bagian tubuh lainnya. Terdapat
36 titik syaraf telapak kaki yang masing-masing menghubungkan
anggota-anggota tubuh tertentu.
Selain pemahaman terhadap simpul-simpul syaraf pada telapak kaki,
keberhasilan terapi pijat refleksi kaki juga ditentukan oleh teknik
pemijatan. Ada berbagai macam cara memijat titik-titik syaraf telapak
kaki. Penekanan bisa dilakukan dengan membengkokkan jari tengah dan
telunjuk, sementara jari lainnya mengepal keras. Pada teknik ini, titik
penekanan terdapat pada jari tengah dan sendi tengah jari telunjuk.
Pemijatan juga bisa dilakukan dengan memusatkan titik tekan pada ibu
jari. Caranya, penekanan titik syaraf telapak kaki dilakukan dengan
menggunakan perut ibu jari, sementara keempat jari lainnya membentuk
posisi 60 derajat. Dalam bukunya berjudul Terapi Pijat Refleksi Kaki,
Hembing mengutarakan 12 teknik pemijatan syaraf telapak kaki yang bisa
dipraktekkan oleh pembaca buku ini di rumah.
Pengetahuan tentang titik syaraf telapak kaki dan teknik pemijatan yang
benar ternyata belum cukup dijadikan jaminan keberhasilan dalam
melakukan terapi ini. Ada beberapa hal lain yang juga perlu
diperhatikan. ”Kondisi ruang terapi harus diperhatikan,” ujar pria yang
duduk dalam senat guru besar Universitas Bung Karno (UBK) ini.
Terapi ini sebaiknya dilakukan di ruang yang bersih, nyaman, tenang, dan
memiliki sirkulasi udara yang baik. Kondisi tersebut dapat membantu
pasien menjadi lebih tenang dan nyaman. Selain itu, waktu pemberian
terapi juga harus diperhatikan yaitu sekitar 30 menit, dengan frekuensi
3-6 hari sekali untuk mencegah penyakit, dan 2-3 hari sekali untuk
mengatasi gangguan penyakit. Kondisi telapak kaki pasien pun tidak dalam
keadaan luka.
Harus pula diingat, terapi pijat refleksi kaki mesti dilakukan secara
menyeluruh. Artinya, pemijatan tidak hanya pada satu titik syaraf
telapak kaki tertentu saja. Proses penanganan kasus telinga berdenging
misalnya, tidak hanya menekan titik syaraf kaki yang berhubungan dengan
telinga. Pemijatan titik syaraf telapak kaki yang berhubungan dengan
organ kepala, ginjal, dan kelenjar getah bening juga mesti dilakukan.
”Semua organ itu berkaitan dengan organ telinga,” kata Hembing.
Apakah terapi ini memiliki efek samping? Ditegaskan Hembing, terapi ini
tidak memiliki efek samping selama dilakukan secara baik dan sesuai
petunjuk. n c16
Dikutip dari : http://www.republika.co.id